Kelana Guru 2 Musim: Perjalanan Guru-guru Muda Wujudkan Tekad: Pendidikan Berkualitas buat Indonesia!
- Version
- Download 16
- File Size 4.32 MB
- File Count 1
- Create Date Juni 27, 2019
- Last Updated Maret 30, 2020
- Download
Kelana Guru 2 Musim: Perjalanan Guru-guru Muda Wujudkan Tekad: Pendidikan Berkualitas buat Indonesia!
Penulis: Sekolah Guru Indonesia
Jakarta: Dompet Dhuafa, 2014
xii, 234 hal.; 24 x 17 cm
ISBN: 978-602-7807-40-2
Dahulu, tak banyak orang memiliki cita-cita sebagai guru. “Madesu”, alias masa depan suram, demikian persepsi mereka. Lagu yang digubah Iwan Fals, “Guru Oemar Bakri” menjadi gambaran bagaimana naasnya nasib seorang guru. Meski berstatus pegawai negeri, gajinya selalu dikebiri. Bagaimana dengan guru swasta, honorer, atau guru bantu?
Oemar Bakri adalah salah satu potret guru generasi awal. Mereka “dipaksa” menjadi guru, karena banyak kelas kosong tak ada yang mengajar. Satu guru mengajar tiga kelas dalam waktu bersamaan itu sudah biasa. Bahkan satu sekolah hanya ada dua orang guru juga bukan istimewa.
Jangan bicara soal kompetensi, jangan pula bicara soal profesionalitas, mereka mau mengajar pun sudah untung. Kita memang tidak bisa melakukan generalisasi bahwa semua guru pada masa itu berlaku seperti Oemar Bakri. Tentu saja banyak di antara mereka yang tulus mengabdi, jujur, dan berbakti. Tapi kenyataannya, tak banyak yang menaruh perhatian pada dunia pendidikan kita saat itu, lebih-lebih terhadap guru. Kesejahteraan diabaikan, kualitas dinomorduakan, kompetensi tak dianggap penting.
Zaman pun berubah. Banyak orang menaruh harapan yang tinggi dengan profesi guru. Terlebih setelah pemerintah dan DPR mengesahkan UU Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Pada generasi ini, guru menjadi profesi idaman yang menjanjikan kesejahteraan. Iming-iming status PNS dengan jaminan pensiun, ditambah tunjangan fungsional dan sertifikasi, membuat guru menjadi pekerjaan pilihan. Sering kita mendengar, banyak masyarakat yang terjebak praktik korupsi hanya karena ingin di- terima menjadi guru PNS.
Jika dulu lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG) pun ogah menjadi guru, kini Fakultas Ilmu Keguruan dan Ilmu Pendidikan di banyak perguruan tinggi dibanjiri peminat. Training-training pendidikan juga penuh sesak dihadiri peserta. Tujuannya beragam, mulai dari yang serius ingin meningkatkan kompetensi, hingga sekadar menambah portofolio sertifikat sebagai bahan pengajuan sertifikasi. Bahkan tak sedikit yang rela membeli sertifikat meski tak mengikuti pelatihan. Inilah fenomena guru generasi kedua.
Kini, mengajar menjadi tren di kalangan anak muda. Banyak yang merasa terpanggil jiwanya untuk menjadi guru. Mereka rela ditugaskan dan ditempatkan di kawasan pedalaman, di daerah terpencil, bahkan di pulau terluar negeri ini. Mereka adalah anak-anak muda dengan idealisme tinggi. Mereka sadar bahwa negeri ini memiliki segudang masalah, dan mereka harus terjun langsung untuk ikut memperbaikinya. Setiap tahunnya, ribuan orang mendaftar untuk ambil bagian dalam program pengajaran di pelosok negeri, seperti Sekolah Guru Indonesia (SGI)-Dompet Dhuafa.
Mereka inilah guru generasi ketiga, atau bisa kita sebutan sebagai Guru 3.0. Mereka menjadi guru bukan karena godaan materi. Mereka mengambil jalan ini bukan karena tak ada pilihan lainnya. Mereka mengabdi bukan karena iming-iming status pegawai negeri. Mereka terjun ke pelosok negeri untuk menyebar inspirasi. Mereka bersahabat dengan keterbatasan, perjuangan, dan penderitaan.
Sosok Guru 3.0 ini akan kita temukan dalam buku ini. Kisah dan pengalaman mereka sungguh inspiratif. Mereka tidak sekadar mengajar, melainkan juga menjadi agen pembelajar. Mereka mengajar bukan karena tuntutan profesi, tetapi karena panggilan hati. Keberadaan mereka membuat murid-murid di desa terpecil dan pelosok memiliki mimpi dan harapan. Semoga Indonesia semakin bercahaya dengan kehadiran sosok-sosok seperti guru model SGI ini.
Selamat membaca, menyelami hikmah penuh makna.
Ahmad Juwaini
Presiden Direktur Dompet Dhuafa Filantrofi
File | |
---|---|
Kelana Guru 2 Musim - Perjalanan Guru-Guru Muda Wujudkan Tekad Menerapkan Pendidikan Berkualitas untuk Indonesia_opt.pdf |